Jumat, 25 November 2011

CONTOH NOVEL


JUDUL : MIRACLE
Prolog
            Langit bersinar begitu cerah. Angin bertiup sepoi-sepoi memberikan kesejukan melebihi kipas angin maupun AC yang ada dirumah. Seorang bocah laki-laki berumur sekitar 10 tahun itu dengan gontai berjalan ke arah pematang sawah. Dengan ransel hitamnya dan topi sekolahnya yang berwarna merah, dia berdiri sambil memandangi langit yang begitu cerah. Bocah itu lalu duduk menyendiri sambil memakan bekal makanannya.
            Bocah itu memandangi sekelompok anak-anak yang sedang bermain sepak bola dari kejauhan. Wajah anak-anak itu terlihat gembira sekali. Walau lapangan itu lapangan becek yang penuh lumpur, anak-anak itu nampak tidak peduli. Yang terpenting bagi mereka adalah bermain bersama teman-temannya.
            Terik matahari rupanya tak menghalanginya untuk terus menyaksikan teman-teman sekolahnya bermain sepak bola.
            “ Hei, sedang apa kau disini?” tanya seorang bocah laki-laki yang memakai kacamata dari belakangnya. “ kamu...” bocah laki-laki itu nampak terkejut.
            “ Kenapa kau tidak ikut bermain bersama mereka?” tanya bocah laki-laki berkacamata itu. Bocah laki-laki itu diam lalu menggeleng.
            “ Aku tidak berani.” Jawabnya sambil menunduk. “ Aku yakin sebenarnya mereka juga ingin bermain denganmu. Tapi karena kau selalu menjauh, mereka menganggapmu sombong.” Bocah laki-laki berkacamata itu tersenyum. “ Aku tidak sombong!” bocah itu nampak kesal. “ Karena itulah, ayo kita main bersama mereka!” bocah berkacamata itu mengulurkan tangannya pada bocah bertopi itu. Sambil berlari-lari dengan senyum yang tersimpul mereka menuju lapangan itu.   
AAA

7 tahun kemudian...
            “ Tapi itu bukan alasan!” wanita paruh baya itu berusaha mengejar sang buah hati dan mencoba menjajari langkah anak semata wayangnya itu. “ Ma, cukup. Aku capek...” Anak laki-laki itu bergegas menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras. Anak laki-laki itu lalu berbaring di atas ranjangnya. Dia memandangi langit-langit kamarnya lekat-lekat. “ Aku lelah...” ucapnya pelan. Dia  lalu melepas kacamatanya. “ Sampai kapan aku harus menyembunyikan semua ini? Rasanya aku sudah tidak tahan...” Dia lalu memejamkan matanya sejenak.
            Pikirannya mengawang pada kejadian 3 tahun yang lalu. Kejadian yang membuat hatinya remuk sampai sekarang. Kejadian yang membuatnya harus terus berbohong selama ini untuk menjaga hati seorang wanita yang tetap setia menunggu.
            Gejolak perasaan itu kembali berkecamuk dalam hatinya. Benci, sedih, marah, dan semuanya seakan menjadi satu. Sekian lama ia menyembunyikan semua ini, perasaan lelah itu sering kali muncul. Sebenarnya ia ingin sekali membongkar semuanya. Tapi, sekali lagi demi menjaga hati wanita yang ia sayangi itu, lagi-lagi dia harus memendam semuanya.
            Tapi kali ini, semua perasaan itu, benar-benar membuatnya lelah. Dia lelah memendam semuanya sendirian, lelah selalu berbohong, lelah bersabar dan lelah melihat wajah tak berdosa laki-laki yang telah menyimpan banyak dusta.
            Setetes air jatuh dari bola matanya yang berwarna cekelat muda itu. Untuk kesekian kalinya dia meneteskan air matanya karena hal ini.
            Tangannya mengepal kuat. Dia bersumpah tidak akan memaafkan orang yang tak pernah ingin ia temui itu. Dia lalu menarik nafas berat.
            “ Saat ini aku benar-benar lelah...” anak laki-laki itu memejamkan matanya untuk menemui dunia impiannya sendiri.  
AAA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentar ya, buat penyemangat! pujian, kritik, kripik, duit saya terima semuanya... Suka-suka kamu deh... :D